27 Desember 2009

NABI YUNUS

Sebuah negeri Ninuwi namanya, dimana setiap rumah penuh dengan berhala yang disembah dan hampir setiap penduduknya hidup dalam kejahilan, kegelapan, kesesatan dan berbagai hal yang jauh dari kebenaran.
Kepada mereka itulah Nabi Yunus diutus Tuhan untuk menyingkapkan kegelapan dan membawa cahaya terang. Untuk membimbing akal dan fikiran mereka, agar dapat memikirkan alam yang luas bukan hanya alam yang sempit, agar dapatlah mereka menginsafi bahawa berhala itu adalah barang buatan yang tidak ada gunanya disembah, yang harus disembah adalah Allah yang menjadikan bumi dan langit, bulan, matahari dan segalanya.
Mereka terkejut mendengar keterangan baru itu, yang memang bertentangan dengan apa yang sudah menjadi tradisi kehidupan mereka turun temurun; iaitu menyembah dan memuja batu batu yang berupakan patung atau berhala.
Mereka bukan hanya terkejut saja, tetapi kerana sudah menjadi tabiat pula bagi mereka, bahawa mereka tidak akan tunduk menurutkan kata seseorang yang dianggapnya bukan raja dan bukan bangsawan, tidak mempunyai kekayaan dan kekuasaan apa apa, tetapi hanya orang biasa saja.
Sebagaimana nasibnya semua Nabi dan Rasul, demikian pulalah nasib dan pengalaman yang dialami oleh Nabi Yunus. Dia ditentang dan didebat orang dengan berbagai bagai tentangan dan debatan. Dengan sabar dan tahan hati, dengan lunak dan budi yang tinggi, Nabi Yunus menghadapi mereka. Bukan sebulan dua, tetapi sampai bertahun tahun pula, namun mereka tetap mengengkari akan ajakan Nabi Yunus.
Kerana keengkaran yang tidak boleh ditawar tawar ini, Nabi Yunus mulai khuatir, kalau kalau mereka itu akan mengalami pula seksa dan azab Tuhan, sebagaimana yang telah dialami oleh bangsa bangsa yang terdahulu dari mereka. Hal ini dikemukakan Nabi Yunus kepada mereka: Saya khuatir kalau seksaan Allah turun atas kamu sekalian, kerana keengkaran kamu yang tidak boleh ditawar tawar ini dan tidak seorang juga yang dapat menghindarkan dirinya dan seksaan Allah itu, selain orang yang dikehendaki Allah yaitu orang orang beriman dan tunduk kepada ajaran Allah.
Lucu dalam pendengaran telinga mereka peringatan Nabi Yunus yang demikian itu. Kerana semua itu mereka anggap hanya omong kosong belaka. Mereka menjawab peringatan ini dengan kesombongan: Kami tidak akan tunduk kepadamu, kami tidak takut akan seksa Tuhanmu itu. Datangkanlah siksa itu kalau engkau memang benar.
Nabi Yunus tidak dapat menahan sabarnya lagi. Hatinya marah tidak terhingga, harapannya putus samasekali. Nabi Yunus berjanji tidak akan berhubungan dan berkata lagi di hadapan mereka.
Nabi Yunus lalu berjalan, bertolak meninggalkan kampung dan bangsa yang engkar itu. Dia pergi merantau ke negeri lain, dengan hati yang kesal dan putusasa.
Tidak lama dan belum jauh perjalanan Nabi Yunus dari negeri itu, turunlah seksa Tuhan atas penduduk negeri yang sombong dan bongkak itu. Mula mula hawa panas meningkat tinggi kerananya warna kulit mereka berobah seketika itu juga, menjadi jelek serta banyak cacat cacatnya. Derita hawa panas semakin meningkat tinggi lagi, sehingga mereka merasakan benar pedihnya seksaan itu. Mulai timbul di hatinya, rasa takut dan mereka mulai percaya akan kata kata Nabi Yunus itu memang benar. Sekarang mereka menjerit jerit mencari Yunus, ingin taubat serta ingin menurut perintahnya. Mereka teringat akan azab dan seksa yang pernah diturunkan terhadap kaumnya Nabi Nuh, terhadap bangsa Ad dan Tsamud. Mereka ingin bertaubat dan menurut akan segala ajaran Nabi Yunus. Tetapi sayang, Nabi Yunus sudah pergi dan tidak seorang pun mengetahui ke mana perginya.
Hawa makin meningkat juga panasnya. Kaum ibu sudah tak menghiraukan lagi anak anak bayi mereka sendiri, begitu pula keadaan kambing dan biri biri sama sama tidak diladeni lagi, lembu dan unta pun demikian pula keadaannya. Baik manusia mahupun binatang, masing masing memikirkan nasibnya sendiri.
Di kala itulah mereka minta taubat dan ampun sehebat hebatnya kepada Allah yang pernah diajarkan Nabi Yunus kepada mereka yang pada waktu itu mereka tolak. Karena taubat dan
kehendaknya itu benar benar keluar dan hati mereka, taubat yang ikhlas seikhlas ikhlasnya, segera Allah menghentikan seksaan yang telah diturunkan itu.
Mereka kembali hidup dalam keadaan biasa, aman dan tenteram. Mereka menginginkan agar Nabi Yunus segera kembali kerana mereka merasa rindu kepada Yunus dan pelajaran Nabi dan Rasul, sebagai guru dan kalau perlu akan mereka angkat menjadi raja mereka.
Tetapi Yunus tidak kembali. Dia berjalan terus-menerus dengan hatinya yang kesal dan.........
Sesudah lama berjalan, akhirnya Yunus tiba di pinggir laut, di tepi sebuah pantai. Tampaklah olehnya sekelompok manusia yang sedang bersiap untuk belayar menyeberangi lautan luas itu dengan sebuah perahu. Yunus minta agar diizinkan turut menumpang dan bersama sama belayar. Sebagai tamu, Nabi Yunus mereka sambut dengan penghormatan dan kemuliaan. Permintaan Yunus mereka kabulkan, apalagi setelah terbukti Yunus adalah seorang yang baik budi serta halus tuturbahasanya. Penghormatan-nya terhadap Yunus semakin bertambah sehingga Yunus benar-benar menjadi tamu yang paling terhormat di kalangan mereka.
Perahu belayar dengan lancarnya mengarungi samudera luas akhirnya hilanglah tepi pantai dan pandangan mata. Mereka tiba di tengah tengah samudera luas yang tak berpinggir.
Dengan takdir Allah, di tengah tengah samudera yang luas itu, perahu tersebut menjumpai gelombang yang sangat tinggi, gulung menggulung, sebagai gunung gunung yang sedang
berkejar kejaran, seolah olah hendak menyerang bahtera kecil yang sedang mereka kayuh. Hati para penumpang berdebar hebat, bahaya maut menghadang mereka. Tidak ada jalan lain yang dapat menghindarkan diri dan bahaya samudera itu selain dengan mengurangi muatan perahunya. Semua barang muatan pun segera dilemparkan ke luar perahu, tetapi perahu masih dalam bahaya, sehingga terpaksa harus mengurangi muatan lainnya, iaitu muatan yang berupakan manusia.
Tetapi siapakah di antara mereka yang harus dilemparkan ke laut, untuk menjaga keselamatan jiwa orang yang banyak itu? Untuk ini, tidak dapat hanya dengan cara ditunjuk belaka. Akhirnya mereka tetapkan mengadakan undian saja, untuk menentukan siapa yang harus berkorban demi keselamatan jiwa lainnya. Mereka rela menjalankan korban jiwa dilemparkan ke laut, bila takdir menentukan demikian dengan undian itu.
Setelah undian dilangsungkan, maka jatuhlah pada nama Nabi Yunus. Tetapi kerana Yunus adalah tamu yang terhormat yang harus mereka pelihara dan menjaganya bersama sama, maka mereka tidak sudi menjalankan putusan undian terhadap diri Yunus di kala itu. Mereka tetapkan mengadakan undian yang kedua kalinya. Tetapi kali yang kedua ini pun, undian itu jatuh pada din Nabi Yunus pula. Timbul keyakinan dalam hati Yunus, bahawa jatuhnya undian yang berulang dua kali atas dirinya itu, adalah hal yang sangat luarbiasa dan mungkin ini mengandung rahsia yang luarbiasa pula.
Dengan demikian, Nabi Yunus tidak suka undian itu diulang ketiga kalinya. Dia minta supaya ketetapan undian yang sudah berlangsung dua kali itu dijalankan. Dia sendiri bersiap untuk dilemparkan ke dalam laut, sedia untuk ditelan oleh gelombang yang datang mengganas itu. Mungkin ini sebagai peringatan Allah atas dirinya, yang telah meninggalkan kewajibannya sendiri menghadapi kaumnya dengan berputusasa dan hijrah sebelum ada perintah Allah untuk berhijrah.
Sesudah mengucapkan selamat tinggal dan selamat jalan kepada semua penumpang dan kawan kawan seperahu, Nabi Yunus lalu melompat ketengah tengah gelombang besar itu, menyerahkan nasibnya kepada Allah s.w.t.
Ikan besar yang sedang melewati dekat tempat itu, mendapat wahyu dan Allah untuk menelan Nabi Yunus dengan syarat, bahawa ikan itu tidak akan memakan daging Nabi Yunus dan tidak akan merusak tulang belulangnya, kerana dia itu adalah Nabi Allah yang mulia, seorang Nabi yang terburu mengambil keputusan dan diserang putusasa. Hal itu dijalankan Nabi Yunus untuk menebus kesalahan dan keputusasaannya sendiri.
Nabi Yunus ditelan oleh ikan besar itu, masuk ke dalam perutnya dengan selamat, tidak kurang suatu apa. Kemudian ikan besar itu berenang ke sana ke mari ditengah gelombang yang besar, kadang kadang ke permukaan samudera dan kadang kadang pula sampai ke dasar laut yang jauh di bawah.
Gelap di bilik gelap, dengan perasaan yang tidak dapat dibayangkan dengan pena. Tetapi dia rela, dia sabar dan tabah untuk menebus kesalahan keslahannya dan selalu berdoa, mudah mudahan Allah mengampuninya dan kesalahan itu dan Allah sudi menurunkan rahmat yang lebih besar atas diri dan bangsanya.
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, ya Tuhanku, dan sungguh saya ini orang yang sudah aniaya terhadap diriku sendiri.
Demikianlah ucapan Nabi Yunus di dalam perut ikan yang gelap gelita itu. Doa dan permohonan Nabi Yunus itu didengar oleh Allah, kerana Tuhan Maha Mendengar akan doa hambaNya, di mana saja hambaNya itu berdoa kepadaNya. Ikan diwahyukan Allah untuk memuntahkan tamu yang ada dalam perutnya itu ke atas daratan di tepi pantai. Keadaan Nabi Yunus sekeluar dan kapal selam yang berjiwa itu sangat luarbiasa, badannya kurus kering lemah longlai dan tidak mempunyai daya lagi.
Dengan rahmat Allah atas din Nabi Yunus, di tempat dia terdampar itu, lalu tumbuh sepohon yaqtin yang berbuah dan berdaun rimbun. Buahnya lalu dimakan oleh Nabi Yunus dan di bawah naungan daunnya yang rimbun itulah Nabi Yunus ber-lindung dad terikan panas matahari.
Berhubung dengan kejadian atas din Nabi Yunus mi, Allah dengan tegas membukakan rahsianya dengan firmanNya Surah as-Saffat, ayat i~ dan 144:
Kalau bukanlah dia (Yunus), yang sebelumnya banyak menyebut nama Allah (ibadat), nescaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kiamat.
Jadi nyatalah bahawa yang menyebabkan dia dapat tetap hidup dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, tanpa udara, makanan dan minuman itu, adalah lantaran zikir dan ibadat yang banyak dilakukannya sebelum kejadian itu. Zikir dan ibadat itulah yang dapat menjadi udara, makanan dan minumannya.
Sungguh beruntunglah manusia yang dalam hidupnya banyak melakukan zikir dan ibadat terhadap Allah, Tuhan Rabbul Alamin.
Lama kelamaan Nabi Yunus menjadi sihat dan kuat kembali dan mulai merasakan keenakan hidup di tengah udara yang cukup.
Baru saja Nabi Yunus dapat duduk dan berdiri, perintah Allah datang berupa wahyu kepadanya: Kembalilah engkau sekarang juga ke kampung halamanmu karena bangsamu sedang menunggu pinpinanmu. Mereka sudah beriman semuanya dengan keimanan yang suci murni. Mereka sudah membuang segala berhala dan patung yang selama ini mereka puja dan sembah. Mereka sedang bersusah payah mencari engkau, tetapi tidak bertemu.
Nabi Yunus kembali ke kampung halamannya, bertemu dengan sanak saudaranya dan bangsanya. Nabi Yunus lalu sujud bersimpuh memuji dan menyembah Allah, diikuti oleh seluruh keluarga dan bangsanya yang sudah taubat dan sedar itu.
Dengan merekalah Nabi Yunus hidup dalam keadaan yang aman dan tenteram, merupakan suatu masyarakat manusia makmur dan diredhai Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar